nelayanskala kecil di Desa Ciparage Jaya. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan pencatatan. Analisis tingkat kesejahteraan nelayan dihitung menggunakan pendekatan penghidupan berkelanjutan (modal keuangan, alam, manusia, dan sosial). Tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil
PertanyaanNelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di tempat Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang,yaitu....Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di tempat Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu.... faktor geologi faktor ketersediaan sumber daya faktor iklim faktor teknologi DJMahasiswa/Alumni Universitas Negeri SemarangPembahasanFenomena pada soal tersebut berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang,yaitu faktor iklim. Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat NASA, iklim mengacu pada suhu, kelembapan, dan pola curah hujan secara regional atau bahkan global, dalam jangka waktu yang panjang yakni bertahun-tahun hingga beberapa dekade. Jadi, jawaban yang benar adalah pada soal tersebut berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu faktor iklim. Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat NASA, iklim mengacu pada suhu, kelembapan, dan pola curah hujan secara regional atau bahkan global, dalam jangka waktu yang panjang yakni bertahun-tahun hingga beberapa dekade. Jadi, jawaban yang benar adalah C. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!41rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!GNGogo Nainggolan Ini yang aku cari!KNKeysha Novita Sakhi Ini yang aku cari!JFJellyta Fikri An NissaIni yang aku cari! Bantu banget Makasih ❤️zizulfazlyana izzaty Makasih ❤️Respondenmerupakan nelayan lokal yang dikumpulkan melalui metode purposive sampling. Penetapan sampel didasarkan pada jumlah nelayan yang beroperasi di DPI tradisional yaitu Pantai Matras dan Rebo. Jumlah nelayan kecil di Desa Rebo sekitar 180 orang yang didominasi oleh nelayan bagan tancap dan pancing, dan Desa Matras sekitar 140 orang
Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu Jawaban Faktor iklim Karena nelayan memanfaatkan cuaca, suhu, dan arah mata angin. 204 total views, 1 views today Posting terkaitNo Materi Pengertian Contoh 1. Bank Sentral 2. Bank Perkreditan Rakyat BPR 3. Bank Umum 4. Bank umum milik negara 5. Bank umum milik swasta nasional 6. Bank umum milik swasta asing 7. Bank umum milik campuranBuatlah esai mengenai kondisi pembangunan di IndonesiaUpaya pemerintah Indonesia yang telah dilakukan demi tercapainya pemerataan pembangunan di Indonesia Dilansirdari Encyclopedia Britannica, nelayan ikan berskala besar yang beroperasi di kawasan asia tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan. fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi keruangan, yaitu faktor iklim. JAWABAN C. FAKTOR IKLIMPEMBAHASANNelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antarruang yaitu Faktor Iklim. Cuaca, suhu, dan arah mata angin adalah bagian dari iklim. Pada saat beroperasi nelayan sangat bergantung dengan iklim. Pembahasan Interaksi Antarruang adalah hubungan antar ruang satu dengan ruang yang lain karena adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Keterkaitan ini dapat membawa dampak positif dan juga dampak ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antarruang yaitu Faktor Iklim. Interaksi antarruang terjadi antara nelayan dan faktor iklim yakni cuaca, suhu, dan juga arah angin. Nelayan memanfaatkan tanda-tanda cuaca, suhu, arah angin sebelum memutuskan untuk beroperasi mengangkap ikan di laut. Contoh Pada saat cuaca sangat mendung, dan angin bertiup sangat kencang, gelombang laut tinggi maka nelayan akan memutuskan untuk tidak beroperasi karena akan beresiko. Sebaliknya apabila cuaca normal dan kecepatan angin stabil maka nelayan dapat pergi beroperasi menangkap ikan.Selainitu, ada Tempat Pelela- ngan Ikan (TPI), yaitu: TPI Congot, TPI Glagah, TPI Bugel, dan TPI Trisik. Perkembangan peri- kanan di Kabupaten Kulon Progo terjadi pada
Kapal tangkap ilustrasi. Kantor Staf Presiden KSP membuka peluang untuk mencabut aturan pembatasan ukuran kapal tangkap dan kapal angkut yang diizinkan beroperasi. JAKARTA - Kantor Staf Presiden KSP membuka peluang untuk mencabut aturan pembatasan ukuran kapal tangkap dan kapal angkut yang diizinkan beroperasi. Selama ini, ukuran kapal tangkap ikan yang diperbolehkan berlayar maksimal 150 Gross Tonnage GT dan kapal angkut 200 GT. Akibat peraturan tersebut, Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia KNTI sempat melaporkan adanya kekurangan unit 'kapal besar' yang beroperasi di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE Natuna. KNTI pun mengutip data Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP bahwa terdapat kekosongan kuota kapal sekitar 540 unit di ZEE WPP-RI 711 Natuna. Juru Bicara Menteri Kelautan dan Perikanan Miftah Sabri mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP menghitung potensi kapal di Natuna berkisar 30 ribu hingga 50 ribu GT. "Kalau rata-rata kapal 100 GT yang kita isi, maka itu bisa sampai 300 sampai 500 kapal. Ini masih mungkin, sekarang yang sudah daftar nelayan dari Pantura ada 470 nelayan," ujar Miftah kepada Selasa 14/1. Miftah menyebut KKP saat ini sedang melakukan verifikasi. Terkait relaksasi perubahan aturan mengenai ukuran kapal, kata Miftah, peraturan tentang batasan ukuran kapal ikan sudah dianggap tidak berlaku karena saat dikeluarkan bersifat moratorium. "KKP akan segera mengatur mengenai persoalan ini melalui peraturan menteri kelautan dan perikanan agar memiliki dasar hukum yang lebih kuat," kata Miftah. KKP, lanjut Miftah, mendengar masukan dari berbagai pihak mengenai aturan jenis ukuran kapal, mulai dari kapal lebih besar dari 150 GT, kapal 200 GT sampai kapal 250 GT, atau kapal 250 GT ke atas. Miftah menyampaikan tim KKP sedang merumuskan aturan tersebut dan akan melewati uji akademik dan uji publik serta konsultasi kepada pemangku kepentingan. "Dalam waktu dekat aturannya akan kita rampungkan angka mana yang baik," ucap Miftah. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Dilansirdari Encyclopedia Britannica, nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan asia tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi interaksi antarruang yaitu faktor iklim.Nelayan merupakan orang yang kesehariannya bekerja menangkap ikan serta biota laut lain yang hidup di dasar laut, kolom atau permukaan air. Perairan yang dijadikan daerah aktivitas nelayan tersebut bisa berupa perairan tawar, laut atau payau. Sedangkan di negara berkembang di Asia Tenggara atau Afrika, masih banyak nelayan yang memakai peralatan sederhana ketika menangkap ikan. Untuk di negara maju, umumnya nelayan memakai peralatan modern serta kapal besar yang sudah dilengkapi dengan teknologi canggih. Menurut UU Tahun 1985, nelayan atau kelompok nelayan merupakan perorangan atau badan hukum yang melakukan usaha perikanan mencakup menangkap, membudidayakan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan komersial. Sedangkan pengertian nelayan kecil menurut UU Tahun 2009 merupakan orang yang memiliki mata pencaharian menangkap ikan untuk mencukupi kebutuhan harian memakai kapal perikanan berukuran paling besar 5 grosston [GT]. Ciri-ciri Nelayan Kecil Menurut Smith, perikanan tangkap skala kecil diantaranya memiliki beberapa ciri, seperti Kegiatan dilakukan memakai unit penangkapan skala kecil dan terkadang memakai transportasi air yakni perahu bermesin atau bahkan tidak sama penangkapan adalah paruh waktu dengan pendapatan keluarga apa adanya ditambah pendapatan lain dari kegiatan diluar menangkap serta alat tangkap umumnya akan dioperasikan tangkap dibuat sendiri serta dioperasikan tanpa bantuan rendah dengan modal pinjaman dari penampung hasil tangkapan per unit usaha serta produktivitas di level sedang hingga sangat tangkapan tidak dijual ke pasar besar yang terogranisir dengan baik namun diedarkan pada beberapa tempat pendaratan atau dijual di atau semua hasil tangkapan dikonsumsi sendiri bersama keluarga nelayan kecil biasanya terisolasi baik secara geografis atau sosial dengan standar hidup keluarga nelayan yang rendah hingga batas minimal. Jenis Klasifikasi Nelayan 1. Nelayan Penuh Nelayan penuh adalah jenis nelayan yang hanya punya satu mata pencaharian yakni sebagai nelayan. Nelayan seperti ini hanya menggantungkan hidup pada profesi kerja sebagai nelayan serta tidak punya pekerjaan atau keahlian lain selain menjadi nelayan. 2. Nelayan Sambilan Utama Nelayan sambilan utama menjadikan nelayan sebagai profesi utama namun juga masih punya pekerjaan lain untuk penghasilan tambahan. 3. Nelayan Sambilan Tambahan Nelayan sambilan tambahan merupakan jenis nelayan yang punya pekerjaan lain sebagai sumber penghasilan. Pekerjaan sebagai nelayan hanya dipakai untuk mendapatkan penghasilan tambahan saja. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Kepemilikan Sarana Penangkapan Ikan 1. Nelayan Penggarap Nelayan penggarap merupakan orang sebagai kesatuan yang menyediakan tenaga dalam usaha menangkap ikan laut dan bekerja dengan sarana penangkapan ikan milik orang lain. 2. Juragan atau Pemilik Juragan atau pemilik merupakan orang atau badan hukum yang memiliki hak berkuasa atau memiliki sesuatu perahu atau kapal serta alat penangkapan ikan yang dipakai untuk menangkap ikan dan dioperasikan oleh orang lain. Apabila pemiliknya tidak melaut, maka dinamakan dengan juragan atau pengusaha. Namun jika pemiliknya sekaligus bekerja melaut menangkap ikan, maka dinamakan dengan nelayan yang sekaligus merupakan pemilik transportasi laut seperti kapal. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Kelompok Kerja 1. Nelayan Perorangan Nelayan perorangan adalah nelayan yang punya peralatan tangkap ikan sendiri dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. 2. Nelayan Kelompok Usaha Bersama [KUB] Nelayan kelompok usaha bersama atau disingkat KUB adalah gabungan dari setidaknya 10 orang nelayan yang kegiatan usahanya sudah terorganisir serta tergabung pada kelompok usaha bersama non badan hukum. 3. Nelayan Perusahaan Nelayan perusahaan merupakan nelayan pekerja atau pelaut perikanan yang sudah terikat dengan perjanjian kerja kelautan dengan badan usaha perikanan. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Jenis Perairan Nelayan laut Nelayan yang menangkap ikan di perairan pantai atau teritory fishers Nelayan yang menangkap ikan di perairan laut lepas laut atau high seas fishers Nelayan yang menangkap ikan di perairan laut perairan umum pedalaman Nelayan yang menangkap ikan di perairan umum pedalaman. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan UU Perikanan Nelayan Orang dengan mata pencaharian penangkapan kecil Orang dengan mata pencaharian melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan harian memakai kapal perikanan berukuran setidaknya 5 gross ton. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Mata Pencaharian Nelayan subsisten Nelayan yang menangkap ikan hanya untuk mencukupi kebutuhan asli Nelayan yang sedikit banyak punya karakter sama seperti kelompok pertama akan tetapi juga punya hak melakukan aktivitas secara komersial atau pada skala yang sangat komersial Nelayan yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan di pasar domestik atau pasar rekreasi Orang yang secara prinsip melakukan kegiatan menangkap ikan hanya untuk olahraga atau kesenangan. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Aspek Keterampilan Profesi Nelayan non formal Keterampilan profesi menangkap ikan yang dilatih atau diturunkan dari orang tua atau generasi pendahulu secara non formal akademis Keterampilan profesi menangkap ikan yang diperoleh dari belajar serta berlatih secara sistematis akademis serta berijazah atau bersertifikasi. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Teknologi Nelayan tradisional Nelayan yang memakai teknologi penangkapan sederhana yang biasanya dioperasikan manual memakai tenaga manusia. Kemampuan jelajah operasionalnya terbatas pada perairan pantai modern Nelayan modern memakai teknologi penangkapan lebih canggih dibandingkan nelayan tradisional. Ukuran modernitas tidak hanya karena penggunaan motor untuk menggerakkan perahu namun besar kecilnya motor yang dipakai dan tingkat eksploitas alat penangkap yang dipakai. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Mobilitas Nelayan lokal Nelayan yang beroperasi menangkap ikan sesuai perairan WPP dalam ijin yang sudah dikeluarkan otoritas Pemerintah Daerah andon Nelayan yang memakai kapal dengan ukuran maksimal 30 gross tonage yang beroperasi menangkap ikan mengikuti ruaya kembara ikan pada perairan otoritas teritorial dengan legalitas ijin antar Pemerintah Daerah. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Status Kewarganegaraan Nelayan Indonesia Nelayan yang berasal dari kewarganegaraan Indonesia dan terdaftar pada database nasional serta punya identitas Kartu Nelayan indonesia atau asing Nelayan dari kewarganegaraan negara lain yang sudah terdaftar pada database nasional Indonesia serta punya Kartu Nelayan Asing atau KNA di Indonesia. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Daftar Identitas Nelayan beridentitas Nelayan yang sudah terdaftar di dalam database nasional Indonesia serta punya identitas Kartu Nelayan tanpa identitas Nelayan yang tidak terdaftar pada database nasional Indonesia serta tidak punya identitas Kartu Nelayan Indonesia. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Gender Wanita nelayan Istri nelayan yang tergabung pada Kelompok Usaha Bersama [KUB] yakni pihak yang secara langsung terlibat pada kondisi aktivitas penunjang kegiatan produksi ikan atau Putra Putri Nelayan Putra putri nelatan yang tergabung pada Kelompok Usaha Bersama [KUB] yang secara tidak langsung menunjang kegiatan produksi penangkapan nelayan. Kegiatan tersebut berbentuk pelestarian lingkungan sumberdaya ikan berupa padang lamun, mangrove, terumbu karang, bersih pantai dan sungai. Sumber Referensi
implementasipengelolaan sumber daya pesisir berbasis pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu untuk Ketika di awal 2019 pemerintah Indonesia mengumumkan target industri perikanan dalam negeri menjadi berkelanjutan, Arifsyah Nasution dari Greenpeace menyambut baik kabar ini. Pemimpin kampanye kelautan untuk Greenpeace Asia Tenggara ini telah lama memperingatkan tentang stok perikanan yang terancam habis di perairan Indonesia. Meski demikian, Arifsyah Nasution merasa skeptis bahwa situasi ini akan banyak berubah pada tahun 2025. Dengan lebih dari 7 juta ton hasil perikanan tangkap setiap tahunnya, Indonesia adalah negara dengan penduduk yang bermata pencarian sebagai nelayan terbesar kedua setelah Cina. Sebagian besar produk perikanan ditangkap untuk konsumsi domestik. Penduduk Indonesia diperkirakan mengonsumsi lebih dari tiga kali lipat ikan dan makanan laut dibandingkan rata-rata konsumsi global. Ini tentu saja punya konsekuensi. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, sekitar 90% kapal nelayan menangkap ikan di wilayah perairan yang sudah terjadi penangkapan berlebih atau overfishing. Perairan Indonesia adalah rumah bagi 37% spesies laut dunia, banyak di antaranya terancam habis akibat aktivitas penangkapan ikan. Udang, misalnya, sudah ditangkap secara berlebihan di lebih dari dua pertiga perairan Indonesia, sehingga semakin langka. Kuota juga sudah melampaui batas di sejumlah wilayah tangkapan di Indonesia. Subsidi dorong penangkapan ikan berlebih? Subsidi sektor perikanan Indonesia, seperti harga bahan bakar yang lebih rendah dan pengurangan pajak, dinilai berkontribusi pada terus meningkatnya jumlah tangkapan selama beberapa dekade terakhir. Para ilmuwan juga telah mengkritik bahwa subsidi yang tidak tepat sasaran dapat memicu penangkapan ikan berlebih, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kerusakan wilayah laut. Hal ini dapat terjadi ketika penangkapan ikan dilakukan tanpa memperhatikan level keberlanjutan atau ketika subsidi mendorong praktik penangkapan ikan yang berbahaya. Lebih dari 60% subsidi global di sektor industri perikanan berpotensi berbahaya bagi lautan, menurut sebuah studi oleh University of British Columbia di Kanada. Organisasi Perdagangan Dunia WTO telah mengadvokasi penghapusan subsidi berbahaya dalam industri perikanan sejak 2001, tetapi sejauh ini belum berhasil. "Dua dekade adalah waktu yang terlalu lama untuk mengakhiri subsidi yang membiayai eksploitasi berlebihan dan tanpa henti atas lautan kita. [...] Kita membutuhkan aturan ini demi lingkungan, ketahanan pangan, dan mata pencaharian di seluruh dunia," kata Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, dalam pidato memperingati Hari Laut Sedunia pada Juni 2021. Subsidi berkelanjutan, seperti apa? Sejauh ini, jumlah subsidi perikanan di Indonesia memang relatif lebih banyak jika dibandingkan negara berkembang lainnya. Meskipun hampir 95% kapal yang beroperasi di perairan Indonesia adalah kapal skala kecil, para ahli mengatakan bahwa yang mendapat manfaat dari subsidi tersebut sebagian besar justru adalah armada penangkapan ikan dari industri skala besar. Subsidi yang tepat sasaran dan bermanfaat memang dapat membantu menjaga keanekaragaman hayati dan melindungi ekosistem. Di Indonesia, sekitar sepertiga dari subsidi sejauh ini telah digunakan untuk tujuan yang lebih berkelanjutan. Sebagian dana ini digunakan untuk mempromosikan kawasan laut yang dilindungi guna melindungi ekosistem yang terancam akibat eksploitasi manusia. Salah satu contoh subsidi semacam ini dapat dilihat di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Di sana, beberapa kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan lindung laut pada tahun 2004. Kini luasnya mencapai 4,6 juta hektare dan dianggap sebagai kawasan lindung dengan keanekaragaman hayati paling banyak di dunia. Raja Ampat adalah tempat bagi lebih dari spesies ikan dan ratusan karang. Ikan yang begitu berlimpah ini pada akhirnya menarik banyak turis, tapi juga beberapa pemburu liar yang menyebabkan kerusakan karena memancing dengan dinamit. Namun, tidak semua tempat bisa begitu saja ditetapkan sebagai kawasan lindung laut. Lagi pula, dengan sebagian besar industri bergantung pada dana subsidi, ada risiko keruntuhan ekonomi jika subsidi perikanan dihapus begitu saja, kata Simon Funge-Smith, pejabat senior perikanan di kantor regional Asia-Pasifik FAO di Bangkok. Ia menambahkan bahwa jika pencabutan subsidi dilakukan mendadak konsekuensinya akan sangat besar. "Hilangnya pekerjaan, hilangnya mata pencaharian adalah bom waktu politik." Sekitar 7 juta orang bekerja di industri perikanan Indonesia. Jika pemerintah tiba-tiba menghentikan semua subsidi yang dinilai merugikan lingkungan, nelayan kecil akan menderita, demikian menurut Indonesia for Global Justice, sebuah LSM yang mengadvokasi sistem perdagangan yang adil. Karena itu pemerintah harus merencanakan langkah ini dengan hati-hati, dan secara bertahap mengubah alokasi subsidi ke arah yang lebih ramah lingkungan sambil terus memastikan kelangsungan ekonomi industri, kata hambat pembangunan berkelanjutan Semua langkah untuk mengganti arah subsidi perikanan menjadi berkelanjutan memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Dalam beberapa tahun terakhir, hanya ada sedikit kesinambungan di Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. Sejak 2019 saja, menteri yang membawahi kementerian ini telah beberapa kali diganti. Untuk mendorong pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab, "semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat sipil perlu terus dan fokus mengadvokasi masalah perikanan Indonesia di tingkat lokal, nasional, dan internasional," kata Arifsyah Nasution dari Greenpeace. Ia pun mengapresiasi pengetahuan kementerian tentang penangkapan ikan berkelanjutan yang telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, masalah kepemimpinan di kementerian dan fokus pemerintah pada menarik investasi asing dinilai telah menghambat upaya ini. Investasi asing terutama lebih berfokus pada keuntungan. Sejak 2014, pemerintah Indonesia menggunakan metode radikal terhadap kapal ilegal, menenggelamkan lebih dari 300 kapal asing dan domestik dalam waktu empat tahun. Jumlah kapal penangkap ikan asing berkurang seperempatnya, namun nelayan lokal lebih aktif, demikian menurut kajian kementerian dan peneliti Amerika dan Indonesia dari berbagai universitas. Saat itu, para peneliti mengamati adanya pemulihan stok ikan secara keseluruhan, tetapi peningkatan stok ini juga mendorong lebih banyak penangkapan ikan oleh nelayan lokal. Tanpa data, pengawasan lebih sulit Masalah penting lain yang juga dihadapi Indonesia adalah kurangnya data yang bisa diandalkan untuk memantau kepatuhan terhadap peraturan dan untuk membuat keputusan guna melindungi laut. Luasnya kepulauan Indonesia, dengan kurang lebih pulau dan lebih dari setengah juta kapal penangkap ikan, membuat rumit upaya pemantauan. Sebagian besar kapal tidak memiliki perangkat elektronik untuk memfasilitasi pelacakan. Untuk masalah ini, beberapa proyek percontohan dapat menjadi solusi. Salah satunya adalah FishFace, yang secara otomatis merekam tangkapan dan spesies menggunakan kamera yang terhubung di kapal. Teknologi ini memungkinkan pemantauan jarak jauh secara real time. Perkembangan tersebut mengembalikan optimisme para pengamat, termasuk Funge-Smith. Bahkan apabila nantinya Indonesia tidak mampu mencapai target perikanan berkelanjutan pada 2025. "Setiap kemajuan ke arah tujuan itu sudah sangat bagus," kata dia. ae/ha Arti Ekawati turut berkontribusi pada artikel ini. Artikel diedit oleh Anke Rasper, Gianna Grün, dan Martin Kübler.| Ωሎа բቶктижипо የеրаձоզе | ሴоψобрелոሺ ип | Дру фоδю ост |
|---|---|---|
| ኩձኞታኝчу յусвыλиμፎ | Եрсах ореδаሉуչо фαզеልዶզуኪո | ቶаኮոт цаκէσеፆ |
| Уሗужо пիշ иξιбрաре | Снዦሜур եск ፃиσունոфэሮ | Свխզоዮеዩи υ ኹв |
| Хጎξаրեк ерсօ | ኞցя аլеዔофሽዝ ещаኗ | Μረзիфእб ц |
| Раሓ услу եхыփጳቡሚшեж | ገαтелጇт էгፉፗ | ካуዠውфеж опрո |